perkembangan batik di indonesia saat ini
Liputan6com, Jakarta - Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang mempunyai nilai dan perpaduan seni yang tinggi dan penuh dengan makna filosofis. Batik yang merupakan tradisi turun temurun telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak zaman dahulu. Dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jumat (2/10/2020), batik Indonesia berkembang pada zaman Kerajaan
Industridi bidang kreatif bisa sebagai penopang perekonomian Indonesia. Itulah sebabnya, industri ini mulai dilirik oleh negara, sebagai penopang perekonomian di Indonesia. Industri ini diharapkan menjadi alternatif lain perkembangan industri saat ini. Pemerintah mengeluarkan kebijakannya agar industri ini bisa terus tumbuh dan berkembang.
SejarahPerkembangan Batik di Indonesia 1. Zaman Kerajaan Majapahit Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan besar yang hampir menguasai seluruh 2. Zaman Penyebaran Islam
Perkembanganteknologi di Indonesia saat ini sedang berada pada puncaknya. Banyak orang yang akhirnya fokusnya terpecahkan oleh perkembangan teknologi yang ada, terutama mengenai keberadaan ponsel kecil yang bisa dibawa kemana-mana dan bisa digunakan sendiri. Bukan hanya karya-karya buatan tangan seperti batik atau pakaian adat, namun
Perkembanganseni kriya Indonesia. Dari buku Pedoman Pembinaan dan Pemanfaatan Pesona Seni Kriya (1999) oleh Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya Direktorat Jenderal Seni dan Budaya seni kriya di Indonesia mengalami perkembangan.. Berikut tiga kelompok seni kriya dan contohnya: Seni Kriya Tradisional. Terjadi pada masa kerajaan Hindu-Budha, di mana teknik dan hasil karya seni dibuat sesuai
Rencontre Femme Sur Le Bon Coin. Jakarta, CNBC Indonesia - Bagi kaum Hawa, piyama dan daster merupakan dua jenis baju yang dinilai paling nyaman dipakai dan paling sering digunakan sehari-hari. Peminat kedua jenis baju ini tak pernah pun terus berkembang mengikuti tren busana dan selera pasar. Bahkan saat pandemi beberapa tahun lalu, penjualan dua model baju ini sempat meningkat tajam karena banyak perempuan tinggal atau bekerja di rumah WFH. Tingginya permintaan dan perkembangan tren yang begitu cepat membuat banyak pelaku usaha tertarik pada bisnis piyama-daster. Banyak di antara mereka berinovasi menciptakan brand baru dengan model kekinian, atau pun memadukan unsur modern dan tradisional. Salah satu inovasi model piyama dan daster dikembangkan brand asal Jakarta bernama Bathek Buana. Brand yang dirintis Gerry Riyadi ini memadukan unsur tradisional dengan sentuhan modern yakni menggunakan batik cap sebagai bahan utama. Bathek Buana dirintis Gerry sejak beberapa tahun lalu yang sebelumnya fokus di produksi kain batik cap yang menyuplai kain batik ke beberapa toko-toko di Tanah Abang. Pria lulusan Fakultas Seni Rupa Desain itu kini mantap menambah penjualan ke produk jadi berupa piyama dan daster, kendati memiliki tantangan sendiri."Tren batik cap ini bisa untuk kalangan muda, terutama untuk produk piyama dan daster. Ini yang membuat saya tergerak memilih batik cap. Saya suka karena tantangannya. Rata-rata mindset batik cap produk daster dan piyama ini kan biasanya untuk kalangan usia 40-60," papar Gerry. Penggunaan batik cap sebagai bahan utama piyama, menurut Gerry, bukan tanpa tujuan dan filosofi yang kuat. Lewat merek Bathek Buana, ingin agar batik cap sebagai produk budaya bangsa dapat terus dilestarikan, dan diwariskan kepada generasi berikutnya."Dengan target pasar ibu-ibu muda dan usia lanjut, melalui produk ini saya berharap kebudayaan batik cap akan terbawa ke anak-anaknya, dan budaya batik cap sebagai sebuah karya seni akan tetap tumbuh," terangnya. Diakui Gerry, background pendidikan seni rupa dan desain membuat ia bisa terus berinovasi dan mencari inspirasi. "Saya suka mencari kombinasi canting dan warna untuk dipadukan dalam kain. Saya juga selalu berusaha mengikuti perkembangan motif untuk piyama dan daster," depan, Gerry berharap batik cap terbiasa dipakai di kalangan anak-anak hingga dewasa dengan tren baju dan motif yang sesuai. "Semoga batik cap ini menjadi karya seni yang terus menerus terjaga dengan menggabungkan unsur tradisional dengan sentuhan modern," pasar terhadap piyama dan daster berbahan batik cap sejauh ini sangat baik. "Banyak permintaan dalam jumlah besar. Tetapi kami batasi dari jumlah motifnya agar produknya tidak jadi pasaran. Karena batik kami adalah sebuah karya seni," jelasnya. Bahan kain batik cap untuk piyama dan daster Bathek Buana saat ini diproduksi di sebuah pabrik yang mempekerjakan sekitar 100 karyawan di kawasan Balaraja Tangerang. Sedangkan produk barang jadi berupa piyama dan daster dipusatkan di dearah Jakarta Selatan. [GambasVideo CNBC] Mentari Puspadini/ayh
Jakarta ANTARA - Batik Indonesia rancangan Iwan Tirta didonasikan untuk menambah koleksi seni budaya Indonesia di National Gallery Sofia, Bulgaria. Donasi batik sebagai wujud diplomasi budaya ini merupakan salah satu rangkaian acara pendukung dalam pagelaran konser besar KBRI Sofia bertajuk “Harmonature Harmonizing the Nature of Nusantara” di Ancient Theater Plovdiv. Batik Iwan Tirta yang dipamerkan di pojok spesial yang khusus didedikasikan oleh National Gallery Sofia untuk seni budaya Indonesia, diharapkan bisa menambah pengetahuan publik Bulgaria terhadap tradisi Indonesia dan terapannya dalam masyarakat modern saat ini. “Pemahaman lintas budaya sangat penting dalam memperdalam persahabatan Indonesia dan Bulgaria. Pemahaman tersebut dimulai dari informasi yang tepat dan menarik,” kata Duta Besar RI untuk Bulgaria Iwan Bogananta ketika menyampaikan sambutan dalam acara penyerahan donasi batik di Sofia, Jumat 9/6. “Dalam hal ini, KBRI memfasilitasi donasi Batik Iwan Tirta kepada National Gallery di Sofia agar semakin banyak publik di Bulgaria yang paham mengenai warisan tak benda dari Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO,” ujar Iwan, seperti disampaikan dalam keterangan tertulis KBRI Sofia. Iwan Tirta adalah salah satu maestro batik kebanggaan Indonesia yang turut berperan dalam memperkenalkan batik Indonesia ke dunia. Pada kesempatan ini, Iwan Tirta Private Collection mendonasikan batik dengan motif Bangun Tulak Puspawarni Prada setelah proses diskusi antara kurator wastra Nusantara Sri Sintasari Neneng Iskandar, KBRI Sofia, dan kurator senior National Gallery di Sofia. Kain Bangun Tulak Puspawarni ini dibuat pada 2015 yang awalnya diperuntukkan sebagai alas meja saat jamuan makan malam formal, dengan mengimbuhkan proses prada khusus untuk National Gallery di Sofia. Tinta emas dalam proses prada dibubuhkan dengan menggunakan canting, menjadikan batik bersejarah ini tampil lebih mewah. Bangun Tulak bentuk wajik di tengah merepresentasikan semesta alam dengan empat arahnya yaitu utara, selatan, timur, dan barat—sebagai simbol sebuah harapan agar segala yang buruk di dunia ini dapat digantikan oleh berkah dan lindungan. Sementara motif bunga Puspawarni menampilkan ragam bunga yang didominasi oleh bunga anggrek, yang dipercaya sebagai lambang kejayaan dan diketahui pertama kali muncul di jaman Majapahit. Resepsi donasi batik turut dihadiri oleh Direktur National Gallery Laraslova Boubnova, perwakilan dari Direktorat Kerja Sama Internasional Kementerian Pendidikan Bulgaria, serta para pemerhati seni lainnya. Indonesia dan Bulgaria memiliki Nota Kesepahaman MoU Kerja Sama Kebudayaan pada 2016. Saat ini KBRI sedang dalam diskusi dengan kementerian luar negeri serta kementerian kebudayaan Indonesia dan Bulgaria mengenai potensi untuk memperbaharui MoU tersebut yang disesuaikan dengan potensi kerja sama saat ini. Langkah konkret dalam kerja sama tersebut adalah pertukaran pelaku seni budaya kedua negara yang secara berkelanjutan dapat menciptakan kelompok Indonesianis di Bulgaria sebagai salah satu aktor diplomasi budaya. Baca juga Kedutaan Besar Indonesia di Sofia gelar pameran batik Baca juga Batik dan angklung jadi bintang "Night of Museums" di Bulgaria Baca juga Istri Raja Bulgaria Terpukau Batik IndonesiaPewarta Yashinta Difa PramudyaniEditor Atman Ahdiat COPYRIGHT © ANTARA 2023
- Sejarah Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tahunnya pada 2 Oktober, berawal saat batik masuk dalam Daftar Perwakilan Warisan Budaya Tak-benda United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization UNESCO tahun 2009 Batik Nasional tahun ini dirayakan pada Rabu 2/10/2019. Kementerian Dalam Negeri mengimbau seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota untuk menggunakan baju batik pada Hari Batik 2 Hari Batik Nasional diinisiasi ketika batik diakui pada saat sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah tentang Warisan Budaya Tak-benda yang diselenggarakan UNESCO di Abu Dhabi, sembilan tahun lalu, 2 Oktober 2009. Agenda yang diselenggarakan UNESCO ini mengakui batik, wayang, keris, noken, dan tari saman sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia oleh UNESCO Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.Pengakuan dari UNESCO ini adalah alasan masyarakat Indonesia menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik batik Indonesia dimulai saat masa Majapahit Batik merupakan kain yang dilukis dengan cairan lilin malam menggunakan alat bernama canting dan menghasilkan pola-pola tertentu pada batik dirangkai dari kata amba’ yang berarti kain yang lebar dan kata tik’ berasal dari kata titik. Artinya, batik merupakan titik-titik yang digambar pada media kain yang lebar sedemikian rupa sehingga menghasilkan pola-pola yang dari laman resmi Pemerintah Jawa Barat, awalnya, batik hanya digunakan untuk pakaian raja, keluarga kerajaan, para pekerja di dalam kerajaan. Karena pekerja di kerajaan tinggal di luar keraton, mereka sering membawa pekerjaan membatik ke luar kerajaan. Oleh karena itu, tak lama kemudian banyak masyarakat yang meniru membuat kegiatan membatik ini hanya dikerjakan oleh perempuan saja untuk mengisi waktu senggang lalu berkembang menjadi pekerjaan tetap perempuan pada masa itu. Saat ini, membuat batik dapat dilakukan oleh siapa Sejarah Batik Indonesiadituliskan, sejarah pembatikan di Indonesia sudah dimulai pada masa kerajaan Majapahit. Pengembangannya kemudian berlanjut di masa kerajaan Mataram, lalu kerajaan Solo dan Yogyakarta. Namun, dulu kerajinan batik hanya diperuntukkan bagi kaum bangsawan atau priyayi, tidak untuk masyarakat bahwa kerajaan Majapahit yang pertama kali menerapkan batik di Indonesia ada pada sisa-sisa peninggalan batik yang ada di wilayah Mojokerto dan Bonorowo sekrang Tulungagung yang merupakan bekas wilayah kerajaan Majapahit. Batik juga mulai dikenal oleh masyarakat luar negeri sejak diperkenalkan Presiden Kedua Indonesia, Soeharto pada pertengahan tahun 80-an dengan memberikan batik sebagai cinderamata bagi tamu-tamu hanya itu, Presiden Soeharto juga mengenakan batik saat menghadiri konferensi PBB yang membuat batik semakin pengukuhan batik menjadi warisan budaya Indonesia pada tanggal 2 Oktober 2009, perkembangan batik di Indonesia makin pesat. Berbagai macam batik dengan motif-motif baru serta corak dengan warna yang lebih menarik semakin awal kemunculannya, motif batik terbentuk dari simbol-simbol yang bernuansa tradisional Jawa, Islami, Hinduisme, dan dengan perkembangan teknologi, pembuatan batik pun juga tidak terbatas dengan menggunakan canting atau biasa disebut batik cap yang dibuat menggunakan cap atau alat semacam stempel muncul untuk mempercepat waktu pembuatan batik. Namun, batik cap kurang dianggap memiliki nilai seni dan dihargai dengan murah dibandingkan dengan batik dengan berkembangnya zaman, batik semakin lama mulai dikenalkan pada masyarakat biasa. Dalam makalah “Evolusi Batik Dahulu dan Sekarang,” Ismadi mengatakan pada sekitar akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19 batik mulai dikenal oleh masyarakat di luar keraton, dan hingga saat ini dikenal oleh seluruh lapisan memiliki beragam jenis batik, salah satunya adalah Batik Tiga Negeri BTN. Sesuai namanya, batik tiga negeri dibuat di tiga negeri atau daerah, yakni Lasem, Solo, dan Pekalongan. Harga batik tiga negeri cukup mahal karena proses pengerjaannya yang lama dan rumit. Kini, produksi batik jenis ini masih berlangsung tapi denyutnya makin melemah. - Sosial Budaya Penulis Yulaika RamadhaniEditor Iswara N Raditya
PRESS RELEASE HARI BATIK NASIONAL BALAI BESAR KERAJINAN DAN BATIK, KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jum’at, 2 Oktober 2020 Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang mempunyai nilai dan perpaduan seni yang tinggi dan penuh dengan makna filosofis. Batik yang merupakan tradisi turun temurun telah menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak zaman dahulu. Batik Indonesia bekembang pada zaman Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram di Pulau Jawa yaitu keraton Yogyakarta dan Solo dan meluas ke beberapa daerah seperti Banyumas, Cirebon dan Pekalongan. Saat ini, batik telah menyebar ke seluruh Nusantara dengan corak desain motif khas yang dipengaruhi oleh budaya dan kearifan lokal setempat. Perkembangan batik di Indonesia memuncak pada tanggal 2 Oktober 2009, ketika UNESCO menetapkan Batik Indonesia sebagai sebuah keseluruhan teknologi, simbolisme dan budaya yang terkait dengan batik tersebut sebagai karya agung warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity yaitu pengakuan internasional bahwa batik Indonesia adalah bagian kekayaan peradaban manusia. Pengakuan batik oleh UNESCO atas warisan budaya dunia pada tahun 2009 lalu merupakan bentuk pengakuan strategis atas eksistensi batik dan nilai pentingnya bagi peradaban dan perkembangan kebudayaan. Dengan pengakuan ini, diharapkan agar masyarakat dapat mempertahankan batik sebagai living tradition. Presiden Republik Indonesia, melalui Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009 tanggal 17 November 2009, juga telah memutuskan bahwa setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Penerbitan Kepres Nomor 33 Tahun 2009 sebagai usaha pemerintah meningkatkan citra positif dan martabat bangsa Indonesia di forum internasional. Selain untuk menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan Indonesia, penetapan Hari Batik Nasional juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan batik Indonesia. Industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam penciptaan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar. Kementerian Perindustrian terus berupaya melestarikan serta mendorong pengembangan industri batik nasional agar lebih berdaya saing global. Menurut data Kemenperin, saat ini industri batik tersebar di 101 sentra. Industri ini juga telah berperan besar dalam menyumbang devisa negara, dimana jumlah ekspor batik hingga semester pertama di 2019 mencapai US$ juta, dengan pasar utama ekspor ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Batik Indonesia dianggap memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar domestik dan internasional serta berhasil menjadi market leader pasar batik dunia. Saat ini, banyak tokoh dunia juga telah mengenakan batik di dalam forum Internasional, dan banyak desainer fashion kelas dunia juga mulai mengadaptasi batik Indonesia dalam koleksi karya busana mereka. Hal ini menjadi peluang besar bagi industri batik Indonesia untuk terus meningkatkan pasarnya. Di Era Revolusi Industri kita semua harus mampu melahirkan teknologi canggih yang dapat membuat industri batik di dalam negeri semakin berdaya saing. Industri batik menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan Making Indonesia Balai Besar Kerajinan dan Batik BBKB Yogyakarta yang merupakan unit Penelitian dan Pengembangan dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri-Kementerian Perindustrian, saat ini telah mengembangkan aplikasi Batik Analyzer untuk membedakan produk batik asli dan tiruan batik. Batik analyzer merupakan suatu aplikasi yang dapat diinstal pada mobile phone yang berbasis Android dan iOS yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi Artificial Intelegence AI yaitu machine learning yang sesuai dengan implementasi industri Meski saat ini bangsa Indonesia masih dihadapkan pada kondisi yang jauh dari ideal untuk menjalankan aktivitas karena pandemi covid-19, bukan berarti produktivitas dan kreativitas harus berhenti. Industri batik sangat diharapkan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan dengan cara berpikir kreatif dan inovatif melalui pemanfaatan teknologi dan optimalisasi sumber daya yang ada, agar dapat terus bergerak serta berkontribusi positif bagi perekonomian nasional. Balai Besar Kerajinan dan Batik sebagai institusi di bawah Kementerian Perindustrian yang menangani litbang kerajinan dan batik turut berperan aktif dalam peringatan Hari Batik Nasional tahun 2020 dengan menyelenggarakan rangkaian kegiatan bertemakan “Kreasi Tiada Henti” yang diselenggarakan secara online, diantaranya Talkshow bertemakan “Batikku, Batikmu, Batik Warisan Budaya” dan Pasar Batik 2 Oktober 2020, Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik SNIKB dengan tema “Peran Teknologi Dalam pengembangan Industri Batik dan Kerajinan 6 Oktober 2020, Launching dan Bedah Buku tentang “Ornamen Etnis dalam Pengembangan Motif Batik” 9 Oktober 2020, Knowledge Sharing tentang “Peningkatan Kualitas Batik” 13 Oktober 2020, Knowledge Sharing tentang “Teknologi Tenun Kombinasi Batik Pada Sutra Samia” 16 Oktober 2020, Knowledge Sharing tentang “Teknologi Rekayasa Peralatan Membatik” 20 oktober 2020 dan Knowledge Sharing tentang “Membangun Kompetensi Pembatik” 23 oktober 2020 dan Knowledge Sharing tentang “Pengujian, Labelisasi dan Sertifikasi Batik” 27 oktober 2020. Rangkaian kegiatan peringatan Hari Batik Nasional ini dibuka secara langsung pada hari ini 2 Oktober 2020 oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Dr. Agus Gumiwang Kartasasmita, Melalui penyelenggaraan peringatan Hari Batik Nasional ini, BBKB mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk dapat turut berperan aktif serta berkolaborasi dalam memajukan Batik Indonesia. Karena sesungguhnya mencintai Batik Indonesia adalah tanggung jawab setiap kita sebagai bangsa Indonesia yang berbudaya.
- Batik Indonesia pada awalnya merupakan peninggalan nenek moyang atau leluhur masyarakat Jawa. Peninggalan ini sendiri sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO secara resmi di Abu Dhabi sebagai salah satu warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi pada bulan September 2009 yang lalu. Dari segi teknis, batik Indonesia dinilai penuh dengan simbol, dan budaya yang berkaitan erat dengan masyarakat di dalamnya. Dengan demikian, batik asli dari Indonesia tidak akan bisa diklaim oleh negara Indonesia sendiri sudah populer di seluruh penjuru mancanegara. Tidak hanya terkenal di kalangan orang Jawa, batik juga sudah akrab dengan semua orang bermotif batik juga tidak hanya dikenakan oleh orang Jawa. Saat ini batik sudah dianggap sebagai pakaian resmi yang kerap digunakan dalam acara formal. Tidak hanya itu, selain digunakan orang berkepentingan, anak-anak muda juga sudah banyak yang bangga mengenakan baju bagaimanakah sejarah batik di Indonesia sebenarnya? Simak penjelasannya di bawah Batik di Indonesia Ilustrasi baju batik wanita Unsplash/Tycho Atsma Kegiatan Batik tertua berasal dari Ponorogo yang saat itu daerahnya masih bernama Wengker sebelum abad ke 7. Begitupun dengan Kerajaan di Jawa Tengah yang belajar batik dari Ponorogo. Oleh sebab itu, batik-batik Ponorogo terkesan memiliki kemiripan dengan batik yang beredar di Jawa Tengah, hanya saja batik ponorogo adalah batik yang dihasilkan dengan warna rata-rata hitam pekat atau biasa disebut batik irengan karena diyakini dekat dengan unsur-unsur Batik Ponorogo hingga abad 20 adalah surga bagi para pembatik, sebab produksi batik di Ponorogo sudah melampaui industri batik di Jawa Tengah ataupun Yogyakarta yang selanjutnya diambil oleh pengepul batik dari Surakrta dan Pekalongan. Lalu selain itu, upah pembatik di Ponorogo merupakan upah tertinggi di Pulau batik di Indonesia sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Secara umum, kesenian batik meluas di Indonesia dan khususnya di pulau Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad batik sudah lebih dari tahun Teknik batik sendiri diketahui sudah berusia lebih dari tahun, kemungkinan berasal dari Mesir kuno atau Sumeria. Teknik batik sendiri menyebar di beberapa negara di Afrika Barat, antara lain Nigeria, Kamerun, dan Mali, dan juga di Asia, seperti India, Iran, , Sri Lanka, Bangladesh, Thailand, Malaysia, dan awal abad ke-20, batik yang dihasilkan merupakan batik tulis. Batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I berakhir atau sekitar tahun batik yang dibentuk juga masih belum banyak variasi. Motif dan coraknya masih didominasi oleh bentuk binatang dan tanaman. Begitu juga para pengrajin batik yang belum terlalu banyak. Sebab, pembuatan batik hanya dianggap sebagai hobi atau kesenangan si pengrajin dalam perkembangannya jauh sebelum itu, batik telah menarik perhatian pembesar Kerajaan Majapahit. Sejak saat itu, pembuatan batik jadi lebih berkembang. Bahan yang sebelumnya terbuat dari kulit dan sebagainya, saat ini berganti menjadi kain putih atau kain yang memiliki warna cerah. Sebab, kain putih merupakan bahan yang tahan lama dan baik untuk motif, serta mampu dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lebih juga tidak hanya terbatas pada hewan dan tumbuhan saja. Namun, ada juga motif abstrak, motif wayang beber, motif candi, motif awan, dan lain sebagainya, yang sudah digunakan pada zaman itu, yaitu pada saat Kerajaan Majapahit awal sejarah batik tersebut, akhirnya menyebar luas ke seluruh penjuru kerajaan lain. Karena batik semakin populer, akhirnya para pembesar dari Kerajaan Mataram, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, dan kerajaan-kerajaan sesudahnya menetapkan batik sebagai simbol pada saat Islam datang dan memberi pengaruh yang cukup kuat kepada masyarakat, motif batik yang berbentuk binatang sudah dihapus. Karena kain batik yang berbentuk binatang dianggap melanggar syariat Islam. Kecuali jika pembuatannya disamarkan atau disiasati menggunakan lukisan-lukisan teknik pembuatannya sendiri, pada masa itu hanya ada teknik batik tulis. Para pembatik umumnya masih menggunakan teknik tersebut. Karena teknik yang lainnya masih belum ditemukan. Pengrajin batik pada masa itu juga masih sangat masa tersebut, pengrajin batik masih memanfaatkan bahan-bahan alami untuk teknik pewarnaannya. Bahan yang digunakan untuk mewarnai dalam kegiatan membatik antara lain daun jati tinggi, pohon nila, mengkudu, dan soga. Sedangkan untuk sodanya sendiri, para pembatik masih memanfaatkan soda abu dan tanah digunakan oleh kaum pembesar Batik sendiri awalnya hanya digunakan oleh kaum yang memiliki kedudukan tinggi dan bermartabat, contohnya seperti pembesar-pembesar kerajaan, dan hanya terbatas dalam ruang lingkup lambat laun batik mulai berkembang, sehingga masyarakat bawah juga sudah diperbolehkan menggunakan batik. Pada masa inilah corak batik makin memiliki banyak ragam dan motif. Sebab, pembuatannya juga sesuai dengan minat dan jiwa seni para perjalanan waktu yang cukup lama, sejarah batik mengalami perubahan karena perkembangan teknologi. Teknik batik yang sebelumnya hanya memanfaatkan batik tulis, saat ini sudah berkembang dengan mengunakan teknik batik cap dan batik printing. Cara pembuatan seperti ini berkembang setelah selesai perang duniai I dan masa modernisasi semakin batik cap dan printing juga sudah dianggap sebagai teknik yang sangat efisien. Karena tidak memerlukan banyak waktu untuk menciptakan sebuah karya batik. Meskipun demikian, kedua teknik tersebut masih kalah dalam hal kualitas di mata dunia karena kurang memiliki nilai batik dari perkembangannya tidak berhenti di situ saja, sebab pada masa sekarang, batik tidak hanya dijadikan sebagai corak pakaian. Banyak dari pernak-pernik perlengkapan penampilan atau assesoris yang umumnya dikenakan masyarakat sekarang seperti sepatu, dasi, tas juga helm, diberi motif batik sebagai motif itu, ada juga baju-baju kedinasan, seragam sekolah, seragam guru, dan lain sebagainya yang memanfaatkan motif batik sebagai pilihan utama. Karena motif dari batik itu sendiri yang lebih bebas dan mengandung nilai budaya, yang menjadikan batik memiliki nilai tersendiri bagi ulasan mengenai sejarah batik di Indonesia. Semoga informasi ini artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…
perkembangan batik di indonesia saat ini