kisah orang yang selalu bersyukur

Inticerita atau tema dari dongeng Kucing dan Kelinci Buta di atas adalah tentang bersyukur dan selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. Sama halnya seperti yang selalu dilakukan Kelinci kemudian ia ajarkan kepada sahabat barunya. 2. Tokoh dan Perwatakan KisahHikmah: ORANG YANG BERSYUKUR AKAN MERAIH KEBERKAHAN. SYUKUR merupakan ucapan atau sikap dan perbuatan terima kasih manusia atas nikmat dan karunia dari Allah yang diterimanya. Nikmat tersebut sangat banyak dan bentuknya pun berbagai macam. Orang yang pandai bersyukur dalam bentuk keyakinan, ucapan, dan perbuatan atau perilaku akan semakin dilimpahkan keberkahan, kebahagiaan, dan KisahAbu Qilabah Sahabat Nabi yang Selalu Sabar & Bersyukur - Okezone Muslim Indiffs - Kisah Abu Qilabah ini adalah salah satu kisah sahabat nabi yang mengharukan. Dari kisahnya ini kita juga bisa belajar bagaimana mensyukuri apapun yang kita miliki dan tetap bersabar dengan cobaan yang telah menimpa kita. Disebuah taman, terdapat taman bunga mawar yang sedang berbunga. Mawar-mawar itu mengeluarkan aroma yang sangat harum. Dengan warna-warni yang cantik, banyak orang yang berhenti untuk memuji sang maw Taksemua hal dalam hidup sesuai dengan keinginan, maka banyak-banyaklah bersyukur yaitu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberi olehNya. Walaupun masalah datang silih berganti, tetapi Anda tetap harus menerimanya. Kuncinya yaitu selalu bersyukur dengan segala hal yang ada dalam hidup. Bersyukur adalah sikap menerima dan berserah Rencontre Femme Sur Le Bon Coin. “Fadi” merupakan seorang pemuda yang sholih, setelah tiga tahun dari pernikahannya ia di karuniai dengan anak kembar, satu laki-laki dan satu perempuan, ia sangat bersyukur kepada Allah SWT. Setelah bertahun-tahun, ia mengamati putranya, yang selalu merasa tidak puas dalam banyak hal dan selalu mengeluh dalam hidupnya, tidak seperti saudari perempuannya, yang selalu memuji serta bersyukur kepada Allah dan berusaha untuk menyenangkan kedua orang tuanya, dan Orang tuanya pun sering meminta dari anak laki-laki mereka agar melihat adiknya, dan mencontoh bagaimana dia menerima setiap masalah dengan kepuasan dan lapang hati, serta menerima ketetapan Allah dalam segala hal, tetapi dia tetap pada keadaanya dan menghiraukan ucapan kedua orang tuanya. Ketika waktu kelulusan kedua putra putinya di sekolah menengah, sang ayah memutuskan untuk memberi mereka hadiah yaitu jalan-jalan ke salah satu pantai, dan saat mereka pergi, mobil yang dikendarai pun meliuk dari jalan dan menabrak tiang penerangan, putra nya mengalami patah kaki, sedangkan sang putri lengannya patah, lalu sang ayah terkejut ketika mendengar putrinya banyak memuji nama Allah dan terus bersyukur serta mengingatkan saudaranya yang berteriak dan menangis dengan hadist Rasulullah SAW “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” Pada waktu tersebut, sang keluarga masuk ke rumah sakit, sang putri sudah menjalani pengobatan pada lengannya dan begitu pula pada kaki sang putra, dan sang putri terus merasa bersyukur kepada Allah, tetapi sebaliknya sang putra malah menangis sambil berkata aku mengalami apa yang tidak di alami orang lain,, aku telah kehilangan impian ku untuk menjadi pemain sepak bola. Sang Putra yang masih sedih malah menyalahkan ayahnya sebagai penyebab lukanya yang membuatnya duduk di rumah saja, lalu sang ayah mengajak nya untuk menonton pertunjukan film untuk pertama kalinya, dan di bioskop orang-orang berkumpul dan duduk di tempatnya masing-masing. Ketika film dimulai dan muncul layar yang menunjukkan atap sebuah ruangan, baru berjalan enam menit, layar menunjukkan adegan yang sama tanpa ada perubahan, sehingga sang anak pun murka, mengeluh, merasa bosan dan berteriak bahwa dia membuang-buang waktunya yang berharga untuk menonton film yang buruk ini, ia meminta kepada ayahnya agar bisa keluar, namun tiba-tiba kamera film berpindah ke bawah dan muncullah cuplikan seorang penyandang cacat sepenuhnya, anak yang lumpuh dan berbaring di tempat tidurnya serta tidak dapat menggerakkan lehernya secara permanen, di akhir film pun tertulis Kami hanya menunjukkan delapan menit saja, dan kau tak sanggup untuk memperhatikannya? maka dari itu sebaiknya kau tau betapa sangat berharganya dirimu sekarang ini, maka bersyukurlah kepada Allah. Sang anak itu pun menangis, dan berteriak di hadapan ayahnya serta meminta maaf kepadanya, dirinya tahu bahwa sang ayah jauh lebih baik daripada yang lain. Semenjak hari itu ia mulai bersimpati kepada orang yang kurang baik nasibnya darinya, dan tidak memandang iri pada mereka yang lebih tinggi. Abu Qilabah, Mengajarkan Sabar Dan Syukur Kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسيTim Majalah As-SunnahEditor Eko Haryanto Abu Ziyad2013 - 1435أبو قلابة درس في الصبر والشكر باللغة الإندونيسية »فريق مجلة السنةمراجعة أبو زياد إيكو هاريانتو2013 - 1435Abu Qilabah, Mengajarkan Sabar Dan Syukur Kepada Allah Shubhanahu wa ta’allaSegala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh yang sering mengamati isnad hadits, nama Abu Qilabah tidaklah asing, karena sering disebutkan dalam isnad-isnad hadits. Terutama, karena ia seorang perawi yang meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik. Sahabat ini merupakan salah seorang dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam. Oleh karena itu, nama Abu Qilabah sering disebut secara berulang-ulang, seiring diulangnya nama Anas bin Malik. Ibnu Hibban di dalam ats-Tsiqot menyebutkan kisah menakjubkan tentangnya, yang menunjukan kekuatan keimanan Abu Qibalah kepada Allah Shubhanahu wa ta’ bernama 'Abdullah bin Zaid al Jarmi, salah seorang dari para ahli ibadah dan ahli zuhud yang berasal dari al Bashroh. Beliau meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan sahabat Malik bin al Huwairits Radhiyallahu anhuma. Beliau wafat di Negeri Syam pada tahun 104 Hijriah, yaitu pada masa kekuasaan Yazid bin 'Abdil-Malik.'Abdullah bin Muhammad berkata Aku keluar menuju tepi pantai untuk memantau kawasan pantai dari kedatangan musuh. Tatkala tiba di tepi pantai, tiba-tiba aku telah berada di sebuah dataran lapang di suatu tempat di tepi pantai. Di dataran tersebut ada sebuah kemah, yang di dalamnya terdapat seseorang yang telah buntung kedua tangan dan kedua kakinya. Pendengarannya telah lemah dan matanya telah rabun. Tidak satu anggota tubuhnyapun yang bermanfaat baginya, kecuali lisannya. Orang itu berkata, "Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji -Mu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan."'Abdullah bin Muhammad berkata,"Demi Allah, aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini. Apakah ia memahami dan mengetahui yang diucapkannya itu? Ataukah ucapannya itu ilham yang diberikan kepadanya?" Akupun mendatangi, lalu mengucapkan salam kepadanya. Kukatakan kepadanya "Aku mendengar engkau berkata 'Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji -Mu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan'. Nikmat manakah yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla anugerahkan kepadamu, sehingga engkau memuji -Nya atas nikmat tersebut? Kelebihan apakah yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla anugerahkan kepadamu, sehingga engkau menysukurinya?" Orang itu menjawab Tidakkah engkau melihat yang telah dilakukan Robbku kepadaku? Demi Allah, seandainya Ia mengirim halilintar kepadaku sehingga membakar tubuhku, atau memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku sehingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka tidaklah semua itu, kecuali semakin membuat aku bersyukur kepada -Nya, karena Ia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidahku wahai hamba Allah Shubhanahu wa ta’ala. Engkau telah mendatangiku, maka aku perlu bantuanmu. Engkau telah melihat keadaanku. Aku tidak mampu untuk membantu diriku sendiri atau mencegah diriku dari gangguan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang anak yang selalu melayaniku. Saat tiba waktu sholat, ia mewudhukan aku. Jika aku lapar, ia menyuapiku. Jika aku haus, ia memberi aku minum. Namun sudah tiga hari ini aku kehilangan dirinya, maka tolonglah engkau mencari kabar tentangnya. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati engkau. Aku berkata,"Demi Allah, tidaklah seseorang berjalan menunaikan keperluan seorang saudaranya, dan ia memperoleh pahala yang sangat besar di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla, lantas pahalanya lebih besar dari seseorang yang berjalan untuk menunaikan keperluan dan kebutuhan orang yang seperti engkau," maka akupun berjalan mencari anak orang tersebut, hingga tidak jauh dari tempat itu, aku sampai di suatu gudukan pasir. Tiba-tiba aku mendapati anak orang tersebut telah diterkam dan dimakan binatang buas. Akupun mengucapkan inna lillah wa inna ilaihi roji'un. Aku berkata,"Bagaimana aku mengabarkan kejadian ini kepada orang tersebut?"Tatkala aku tengah kembali menuju orang tersebut, maka terlintas di benakku kisah Nabi Ayyub Alaihissallam. Begitu aku menemui orang tersebut, maka akupun mengucapkan salam kepadanya. Dia menjawab salamku dan bertanya,"Bukankah engkau orang yang tadi menemuiku?" Aku menjawab,"Benar."Ia bertanya,"Bagaimana dengan permintaanku kepadamu untuk membantuku?" Akupun berkata kepadanya,"Engkau lebih mulia di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla ataukah Nabi Ayyub Alaihissallam ?"Ia menjawab,"Tentu Nabi Ayyub Alaihissallam."Aku bertanya,"Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada Nabi Ayyub? Bukankah -Dia telah mengujinya dengan hartanya, keluarganya, serta anaknya?"Orang itu menjawab,"Tentu aku tahu."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan tersebut?"Ia menjawab,"Nabi Ayyub bersabar, bersyukur, dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla."Aku berkata,"Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya." Ia menimpali,"Benar."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikapnya?" Ia menjawab,"Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla."Aku berkata,"Tidak hanya itu, Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang-orang yang lewat di jalan, tahukah engkau tentang hal itu?" Ia menjawab,"Iya."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub?"Ia menjawab,"Ia bersabar, bersyukur, dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla. Langsung saja jelaskan maksudmu. Semoga -Dia merahmatimu."Aku pun berkata,"Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan binatang buas. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau." Orang itu berkata,"Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla yang tidak menciptakan bagiku keturunan yang bermaksiat kepada -Nya, lalu Ia menyiksanya dengan api neraka," kemudian ia berkata,"Inna lillah wa inna ilaihi roji'un," lalu ia menarik nafas yang panjang, kemudian meninggal dunia. Aku berkata,"Inna lillah wa inna ilaihi roji'un."Besar musibahku, orang seperti ini, jika aku biarkan begitu saja, maka akan dimakan binatang buas. Dan jika aku hanya duduk, maka aku tidak bisa melakukan apa-apa [1] .Lalu akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di tubuhnya, dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis. Tiba-tiba datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku "Wahai 'Abdullah. Ada apa denganmu? Apa yang telah terjadi?" Akupun menceritakan kepada mereka yang telah aku alami. Lalu mereka berkata,"Bukalah wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!" Akupun membuka wajahnya, lalu merekapun bersungkur mencium keningnya, mencium kedua tangannya, lalu mereka berkata "Demi Allah, matanya selalu tunduk dari melihat hal-hal yang diharamkan –Nya. Demi Allah, tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur".Aku bertanya kepada mereka "Siapakah orang ini. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati kalian?" Mereka menjawab,"Abu Qilabah al Jarmi sahabat Ibnu 'Abbas. Dia sangat cinta kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam," lalu kamipun memandikan dan mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai, lalu kami menyolati dan usai merekapun berpaling pulang, dan akupun pergi menuju pos penjagaanku di daerah perbatasan. Tatkala malam hari tiba, akupun tidur. Aku melihat di dalam mimpi, ia berada di taman surga dalam keadaan memakai dua lembar kain dari kain surga sambil membaca firman Allah Shubhanahu wa ta’allaقال الله تعالى ﴿ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُم بِمَا صَبَرۡتُمۡۚ فَنِعۡمَ عُقۡبَى ٱلدَّارِ ٢٤ ﴾ [الرعد 24]"Salamun 'alaikum bima shabartum" [keselamatan bagi kalian dengan masuk ke dalam surga karena kesabaran kalian], maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. [ar-Ra'd/1324].Aku bertanya kepadanya,"Bukankah engkau adalah orang yang aku temui?"Ia menjawab,"Benar."Aku berkata,"Bagaimana engkau bisa memperoleh ini semua?" Ia menjawab,"Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla menyediakan derajat-derajat kemuliaan yang tinggi, yang tidak bisa diperoleh, kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa bencana, dan rasa syukur tatkala dalam keadaan lapang, dan tenteram bersama dengan rasa takut kepada -Nya, baik dalam keadaan sendirian maupun dalam keadaan di depan khalayak ramai."Diterjemahkan oleh Abu Abdil-Muhsin, dari Kitab ats-Tsiqot, karya Ibnu Hibban. Tahqiq as-Sayyid Syarofuddin Ahmad, Penerbit Darul Fikr, Jilid 5 halaman 2-5 [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016] _______ Footnote [1] Hal ini, karena biasanya daerah perbatasan jauh dari keramaian manusia. Dan kemungkinan 'Abdullah tidak membawa peralatan untuk menguburkan orang tersebut. Sehingga, jika ia hendak pergi mencari alat untuk menguburkan orang tersebut, maka bisa saja datang binatang buas memakannya. Wallahu a'lam. kisah kesabaran Abu Qilabah merupakan salah satu kisah para sahabat yang sangat mengharukan. Kisah ini diriwayatkan dalam Kitab At-Tasiqat yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Muhammad, ia berkata "Saya pada waktu itu berada di daerah perbatasan di wilayah Al-Arish di Mesir. Saya melihat sebuah tenda kecil, yang pemiliknya ternyata adalah orang yang sangat miskin. Kemudian saya pergi ke desa gurun untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Kemudian saya melihat seorang laki-laki tetapi bukan laki-laki biasa, kondisi laki-laki ini terentang tangan dan kakinya bunting, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan hanya mulutnya yang tersisa untuk berbicara". Pria itu berkata dari mulutnya "Ya Tuhan, ilhami saya untuk tetap bersyukur atas karunia yang telah Engkau berikan kepada saya ... dan Engkau telah sangat memuliakan saya dengan ciptaan-Mu yang lain.” Ketika saya bertemu dengannya, lalu saya berkata kepadanya “Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?” Kemudian laki-laki pemilik tenda itu menjawab, “Saudaraku, Demi Allah seandainya Allah datangkan lautan, pasti lautan itu akan menenggelamkan aku, atau gunung berapi akan terbakar atau langit akan menimpaku, dan menghancurkan aku. Aku tidak akan mengatakan apa-apa selain bersyukur kepada-Nya." Aku bertanya lagi "Bersyukur untuk apa." Pemilik tenda menjawab lagi "Tidakkah kamu melihat bahwa Dia telah menganugerahkan aku lisan yang senantiasa berdzikir dan bersyukur. Selain itu aku Juga punya anak laki-laki yang selalu membawa saya ke masjid ketika saya ingin sholat dan ia selalu memberi makan aku, tetapi sejak tiga hari ini dia tidak pulang kemari. Bisakah engkau tolong carikan anak itu?” Kemudian saya pergi untuk mencari anaknya itu. Saat itu, saya menemukan jenazah yang dikelilingi oleh Binatang buas. Dan ternyata anak itu telah dimakan oleh singa. Dan bagaimana saya memberi tahu kepadanya tentang anak ini, lalu saya kembali dan berkata kepada pemilik tenda itu"Saudaraku, apakah Anda mendengar kisah Nabi Ayub? Pria itu menjawab Ya, saya tahu ceritanya. Lalu aku bertanya lagi “Sesungguhnya Allah telah memberinya cobaan dalam urusan hartanya. Bagaimana keadaannya dalam menghadapi musibah itu?” Ia menjawab, “Ia menghadapinya dengan sabar.” Allah menguji Ayub dengan kemiskinan. Bagaimana menghadapi itu?”Dia menjawab "sabar." Maka saya bertanya lagi "Seperti Ayub diuji dengan kematian semua anaknya, bagaimana?" Dia berkata "Bersabar". Saya bertanya lagi, "Dia juga diberi penyakit di tubuhnya. Bagaimana?" Dia berkata "Bersabarlah". Kemudian pemilik tenda itu berkata, "Sekarang katakan padaku, di mana anakku?" Saya menjawab, "Saya telah menemukan anak Anda di gurun pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan oleh hewan buas, semoga Allah melipatgandakan pahala Anda dan kesabaran kepada Anda". Pemilik tenda itu lemas dan berkata"Segala puji Allah, Dia tidak meninggalkan keturunan bagiku yang bermaksiat kepada Allah sehingga ia diazab di neraka.” Kemudian pemilik tenda itu mengambil napas dalam dalam lalu meninggal dunia. Aku pun meletakkannya ditempat tidurnya, dan berfikir apa yang harus aku lakukan. Diriku sendirian, dan bagaimana mengurus jenazah ini. Lalu aku menutupinya dengan pakaianku, dan beberapa detik kemudian, ada empat pria yang menunggang kuda berkata, “Wahai tuan, apa yang terjadi padamu?” Baca Juga Kisah Sahabat Abu Bakar Dan Nenek Tua Buta Kemudian saya memberi tahu mereka apa yang saya alami dan meminta mereka untuk membantu saya merawat jenazah pria ini.? Lalu saya menjawabnya, “ Saya tidak begitu mengenalnya. Dia sakit dan memprihatinkan…” Kemudian orang-orang meminta untuk membukanya, mungkin ada salah satu dari mereka mengenalnya. Dan ketika saya membuka penutup wajahnya, mereka tiba-tiba terkejut, dan mereka berciuman dan menangisinya. Dia menangis dan berkata "Maha Suci Allah, wajah yang senantiasa bersujud kepada Allah. Mata selalu tunduk pada kesucian Allah. Tubuhnya selalu bersujud ketika orang-orang dalam keadaan tidur." Saya bertanya kepadanya, "Apakah Anda mengenal orang-orang ini?" Mereka berkata "Apakah kamu tidak mengenal mereka?" Saya menjawab, bahwa saya tidak tahu siapa orang ini, dan mereka berkata "Ini adalah Abu Qilabah, sahabat Ibnu Abbas. Orang ini pernah diangkat oleh khalifah menjadi seorang hakim. Namun, dia menolaknya". Perlu diketahui bahwa kedudukan hakim atau qadhi adalah kedudukan khusus di mana mereka untuk mengatur hukum dan menentukan hukum di antara orang-orang. Ini adalah kedudukan yang mulia pada waktu itu, tetapi Abu Qilabah menolaknya dan pergi ke wilayah Mesir dalam keadaan sampai dia meninggal seperti ini. Kemudian Abdullah bin Muhammad dan empat dari mereka memandikan jenazah, mengkafani, mensholati, berdoa sebelum dimakamkan. Dan dikatakan dalam riwayat lain bahwa Abu Qilabah adalah sahabat Nabi SAW terakhir pada saat itu, sehingga khalifah ingin sekali mengangkatnya menjadi hakim. Semoga dari kisah Abu Qilabah ini kita bisa belajar mensyukuri segala yang kita miliki dan bersabar dengan apa yang terjadi pada kita Amin...Wallahu A’lam Bishowab... Ada kisah tiga orang dari Bani Israil, ketiganya diberi ujian harta oleh Allah. Ketiganya sama-sama sukses, namun dua orang enggan bersyukur dan menganggap nikmat adalah karena hasil usahanya. Sedangkan satunya lagi benar-benar hamba yang pandai bersyukur dan ia pun menyandarkan nikmat pada Allah. Kisah Tiga Orang Bani Israil Berpenyakit Kulit, Kebotakan dan Buta Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ ثَلاَثَةً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى، فَأَرَادَ اللهُ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ، فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا، “Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil, yaitu penderita penyakit kulit[1], punya penyakit kebotakan sebagian rambut kepalanya botak, -pen dan orang buta. Kemudian Allah Ta’ala ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat. فَأَتَى اْلأَبْرَصَ، فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟، قَالَ لَوْنٌ حَسَنٌ، وَجِلْدٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسَ بِهِ، قَالَ فَمَسَحَهُ، فَذَهَبْ عَنْهُ قَذَرُهُ، فَأُعْطِيَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا، قَالَ فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ اْلإِبِلُ أَوِ الْبَقَرُ – شّكٌّ إِسْحَاقُ – فَأُعْطِيَ نَاقَة عُشْرَاءَ، فَقَالَ بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيْهَا. Maka datanglah malaikat itu kepada orang pertama yang menderita penyakit kulit dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah orang tersebut, dan hilanglah penyakit itu, serta diberilah ia rupa yang bagus, kulit yang indah. Malaikat itu bertanya lagi kepadanya, “Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?” Ia menjawab, “Unta atau sapi.” Maka diberilah ia seekor unta yang sedang bunting, dan ia pun didoakan, “Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu dengan unta ini.” قَالَ فَأَتَى اْلأَقْرَعَ، فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ شَعْرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ بِهِ، فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ، وَأُعْطِيَ شَعْرًا حَسَنًا، فَقَالَ أَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟، قَالَ الْبَقَرُ أَوِ اْلإِبِلُ، فَأُعْطِيَ بَقَرَةً حَامِلاً، قَالَ بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيْهَا. Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang yang punya penyakit kebotakan, dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Rambut yang indah, dan apa yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah. Malaikat tadi bertanya lagi kepadanya, “Harta apakah yang kamu senangi?” Ia menjawab, “Sapi atau unta.” Maka diberilah ia seekor sapi yang sedang bunting dan didoakan, “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.” فَأَتَى اْلأَعْمَى، فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟، قَالَ أَنْ يُرِدِ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي فَأَبْصَرَ بِهِ النَّاسَ، فَمَسَحَهُ، فَرَدَّ اللهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ، قَالَ فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟، قَالَ الْغَنَمَ، فَأُعْطِيَ شَاةً وَالِدًا. Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang buta, dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang.” Maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi kepadanya “Harta apakah yang paling kamu senangi?” Ia menjawab “Kambing.” Maka diberilah ia seekor kambing yang sedang bunting. فَأُنْتِجَ هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا، فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنَ اْلإِبِلِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْبَقَر، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْغَنَمِ. Lalu berkembangbiaklah unta, sapi dan kambing tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah unta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing. Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata selanjutnya, ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى اْلأَبْرَصَ فِي صُوْرَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، قَالَ رَجُلٌ مِسْكِيْنٌ قَدِ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالُ فِي سَفَرِي، فَلاَ بَلاَغَ لِيَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحُسْنَ وَالْجِلْدَ الْحُسْنَ وَالْمَالَ، بَعِيْرًا أَتَبَلَّغُ بِهِ فِي سَفَرِي، فَقَالَ الْحُقُوْقُ كَثِيْرَةٌ، فَقَالَ لَهُ كَأَنِّي أَعْرَفْكَ! أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ، فَقِيْرًا فَأَعْطَاكَ اللهُ الْمَالَ؟، فَقَالَ إِنَّمَا وَرَثْتُ هَذَا الْمَالَ كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ، فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كاَذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ. “Kemudian, datanglah Malaikat itu kepada orang yang sebelumnya menderita penyakit kulit, dengan menyerupai dirinya yakni di saat ia masih dalam keadaan berpenyakit kulit, -pen, dan berkata kepadanya, “Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku untuk mencari rizki dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan ini, aku minta kepada anda satu ekor unta saja untuk bekal meneruskan perjalananku.” Tetapi dijawab, “Hak-hak tanggunganku masih banyak.” Malaikat tadi berkata kepadanya, “Sepertinya aku pernah mengenal Anda, bukankah Anda ini dulu orang yang menderita penyakit kulit, yang orang-orang pun jijik melihat anda, lagi pula anda miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda harta kekayaan?” Dia malah menjawab, “Harta kekayaan ini aku warisi turun-temurun dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat.” Maka malaikat tadi berkata kepadanya, “Jika Anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan Anda kepada keadaan Anda semula.” قَالَ وَأَتَى اْلأَقْرَعَ فِي صُوْرَتِهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذَا، وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَيْهِ هَذَا، فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ. Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya berpenyakit kebotakan, dengan menyerupai dirinya di saat masih berpenyakit itu, dan berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakit kulit, serta ditolaknya sebagaimana ia telah ditolak oleh orang yang pertama. Maka malaikat itu berkata, “Jika Anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan Anda seperti keadaan semula.” قَالَ وَأَتَى اْلأَعْمَى فِي صُوْرَتِهِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِيْنٌ وَابْنُ سَبِيْلٍ قَدِ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالِ فِي سَفَرِي، فَلاَ بَلاَغَ لِيَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِي سَفَرِي، فَقَالَ قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي، فَخَذَ مَا شِئْتَ، وَدَعْ مَا شِئْتَ، فَوَاللهِ لاَ أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ بِشَيْءٍ أَخَذْتَهُ للهُ، فَقَالَ أَمْسِكْ مَالَكَ، فَإِنَّمَا ابْتُلِيْتُمْ، فَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنْكَ وَسَخَطُ عَلَى صَاحِبَيْكَ Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu di saat ia masih buta, dan berkata kepadanya, “Aku adalah orang yang miskin, kehabisan bekal dalam perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku untuk mencari rizki dalam perjalananku ini, sehingga aku tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah kemudian pertolongan Anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan Anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku.” Maka orang itu menjawab, “Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang Anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak Anda sukai. Demi Allah, sekarang ini aku tidak akan mempersulit Anda dengan memintamu mengembalikan sesuatu yang telah Anda ambil karena Allah.” Maka malaikat tadi berkata, “Peganglah kekayaan Anda, karena sesungguhnya kalian ini hanya diuji oleh Allah. Allah telah ridha kepada Anda, dan murka kepada kedua teman Anda.” HR. Bukhari no. 3464 dan Muslim no. 2964. Tanda Tidak Syukur Mengatakan Nikmat adalah Karena Memang Pantas Ia Dapat Allah Ta’ala berfirman, وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ “Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata “Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisiNya.” Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras. ” QS. Fusshilat 50 قال مجاهد هذا بعملي ، وأنا محقوق به . وقال ابن عباس يريد من عندي . وقوله { قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي } [ القصص 78 ] . قال قتادة على علم مني بوجوه المكاسب . وقال آخرون على علم من الله أني له أهل ، وهذا معنى قول مجاهد أوتيته على شرف . Mujahid mengatakan bahwa orang yang mendapatkan rahmat tersebut mengatakan, “Ini adalah karena ilmuku. Akulah yang berhak mendapatkannya.” Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang tersebut mengatakan, “Ini karena hasil jerih payahku.” Atau ia berkata sebagaimana yang dikatakan Karun, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” QS. Al Qoshosh 78 Qotadah berkata, “Rahmat ini kuperoleh karena ilmu dan jerih payahku.” Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa ini adalah ilmu dari Allah namun kuperoleh karena memang aku pantas mendapatkannya. Ini semakna dengan perkata Mujahid, ia diberi karena kemuliaan dirinya. Dinukil dari Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad At Tamimi Pelajaran dari Kisah Hadits di atas menunjukkan bahwa di antara tanda kurangnya iman dan tauhid yaitu jika seseorang mengganggap bahwa nikmat dan rezeki didapat karena hasil kerja kerasnya atau Allah memang pantas memberi padanya. Seharusnya seorang mukmin mengakui nikmat Allah secara lahir dan batin, lalu ia memuji Allah atas nikmat tersebut. Nikmat tersebut hendaklah disandarkan pada Allah, juga nikmat tersebut dimanfaatkan untuk ketaatan. Sekaligus hal ini mengajarkan pada kita untuk tidak terlalu berbangga diri dan takjub. Dinukil dari Al Qoulus Sadid karya Syaikh As Sa’di. Moga orang yang berakal bisa mengambil pelajaran. Hanya Allah yang memberi taufik. — Akhukum fillah, Muhammad Abduh Tuasikal Diselesaikan di Taman Mini Indonesia Indah saat Expo Komunitas Pengusaha Muslim 2013, 25 Muharram 1435 H, 07 51 PM. Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter RumayshoCom — Bagi yang berminat dengan buku terbaru karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, yaitu Buku Panduan Amal Shalih di Musim Hujan harga dan Buku Mengikuti Ajaran Nabi Bukanlah Teroris -edisi revisi dan cetakan kedua- harga silakan pesan via sms atau WA ke nomor 0852 00 17 1222 atau via PIN BB 2AF1727A. Pesan segera! [1] Dalam Al Mu’jam Al Wasith disebutkan yang dimaksud barosh absrosh adalah, بياض يقع في الجسد لعلة “Putih belang-belang di badan karena penyakit.” Rasa Syukur Abu Qilabah Di Tengah Segala Cobaan Hidup © Instagram/Rumahzakat Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu, “ Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?” Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab, “ Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku atau gunung api yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur.” Aku kembali bertanya, “ Bersyukur atas apa?” “ Aku seorang yang sakit… semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal, ”jawabnya. “ Namun kudengar kau mengulang-ulang perkataan “ Segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia… Demi Allah, apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu, sedangkan engkau buta, faqir, buntung kedua tangannya, dan sebatang kara?” ucapku. “ Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia. Bukankah Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa memahami dan berfikir?” “ Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingku?” “ Bukankah Allah memberiku lisan yang dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?” “ Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang menyembah-Nya… mengharap pahala dari-Nya… dan bersabar atas musibahku?” Tanyanya. Ia terus menyebut kenikmatan Allah atas dirinya satu-persatu. Dan aku semakin takjub dengan kekuatan iman yang dimilikinya.

kisah orang yang selalu bersyukur